Cara Belajar Gitar Jazz Untuk Pemula
Mau belajar gitar jazz tapi ngga tahu harus mulai dari mana?
Saya cukup sering mendapatkan pertanyaan tentang belajar gitar jazz di tingkatan awal, baiknya start dari mana. Jadi mungkin ada baiknya saya menjelaskan dalam tulisan ini, beberapa guidelines utama yang bisa digunakan.
Perlu diingat kalau disini saya menggunakan istilah guidelines karena dalam pengalaman saya mengajar selama ini, setiap orang belajar dengan cara yang berbeda-beda.
Beberapa orang dapat belajar dengan pendekatan yang lebih visual, namun ada juga yang belajar secara auditoris, secara konseptual; ada yang mempunyai photographic memory, dan sebaliknya ada yang ingatannya lemah sekali tapi daya intuitifnya tajam.
Untuk gitaris pemula biasanya di awal agak lebih susah, karena belum bisa memaksimalkan waktu latihan dengan efektif. Atau dengan kata lain tidak tahu harus start dari mana.
Sebenarnya untuk belajar jazz hampir tidak ada bedanya dengan belajar jenis musik lain. Masih ingat waktu anda pertama kali memegang gitar dan berusaha memainkannya? Yang pertama kali dicoba pasti bagian dari lagu yang anda tahu, entah itu melodi atau bagian dari akord.
Artinya dalam situasi apapun kita harus mempunyai target dalam berlatih, dalam kasus pertama kali memegang gitar, akan lebih susah kalau kita tidak tahu lagu yang kita coba mainkan. Tidak tahu groove & temponya seperti apa, melodinya juga tidak, jadinya lost.
Ok jadi jelas kalau kita harus punya referensi lagu. Buat musik jazz, meskipun yang belum terbiasa bisa terdengar rumit tapi kebanyakan formnya sebenarnya sama dengan lagu pop. Pasti ada melodi utamanya (nyanyiannya), ada akordnya (iringannya), dan ada groovenya. Ada bagian verse, ada bagian reffrain, dan ada bagian intro dan ending sama seperti lagu populer lainnya.
Bedanya kalau di jazz, melodi dimainkan secara instrumental. Plus, karena ini dimainkan secara instrumental maka dibutuhkan variasi melodi. Setelah variasi melodi, ada bagian improvisasi (solo) yang jadi ciri khas dari musik jazz-yang kalau dijelaskan secara singkat adalah ekspresi dari interpretasi ritmik, groove, melodi & harmoni yang dilakukan dalam cara kolektif. Bebas, tapi ada bingkai tempo, form dan chord changes yang mengikat. Setelah itu melodi dimainkan lagi di bagian akhir sebagai penutup.
Jadi pertanyaannya bisa diubah sekarang. Awalnya kan ‘kalau mau belajar jazz harus start dari mana?’ Sekarang bisa:
Bagaimana cara memainkan variasi melodi lagu jazz? —> Pertama secara teknik anda harus bisa main basic single note melody, tapi yang terutama ya harus tahu lagunya dulu.
Bagaimana cara improvisasi pas bagian solo? —> Karena di jazz itu tidak ada batas teknik maka iya, jelas anda butuh jenis teknik yang lebih advance.
Tapi yang terutama anda perlu mengerti bingkai improvisasinya. Ada 3: Melodi lagu (nyanyiannya) - Progresi akordnya (iringannya) dan groovenya.
Jadi sama saja seperti musik lainnya, untuk musik jazz kita perlu tahu referensi, progresi akord, dan penguasaan groove. Dasarnya tiga itu saja, plus kita perlu punya tools (teknik) yang bisa mewujudkan itu.
Lalu bedanya apa?
Perbedaannya kalau di jazz, yang pertama: progresi akordnya lebih kompleks. Kenapa? karena musik jazz dominan dengan improvisasi yang ekspresif, musisi jazz selalu pushing boundaries dari materi scales apa yang bisa dimainkan pas improvisasi. Untuk mengakomodir ekspresi itu, maka progresi akord di sebuah lagu bisa divariasikan sedemikian rupa menggunakan bermacam ilmu dari harmoni musik.
Perbedaan yang kedua: kalau ritmik di pop itu cenderung straight, jazz menggunakan banyak sinkopasi pada upbeat. Kenapa? untuk mengakomodir improvisasi secara lebih luas. Meskipun kita tahu dan bisa memainkan harmoni dengan tepat; tanpa pelatihan ritmik kita tidak akan bisa bermain jazz dengan nyaman.
Perbedaan terakhir: kalau kita main lagu The Beatles, kita akan cenderung memainkan versi aslinya. Aransemen ulang pada pop dilakukan, tapi tradisi di musik jazz adalah, anda harus punya cara sendiri untuk menceritakan ulang sebuah lagu dengan gaya & isi hati anda sendiri. Dengan kata lain originalitas itu begitu pentingnya di jazz, sehingga kita selalu dituntut untuk mempunyai 101 cara untuk memainkan melodi dari lagu yang sama. Disini membutuhkan musikalitas & kreatifitas dan, lagi-lagi: referensi.
Jadi, buat start belajar gitar jazz pada dasarnya kita butuh 3 jenis kategori keahlian:
Teknik
Musikalitas dan referensi
Pengetahuan teori
Hal yang mencakup teknik adalah pelatihan motorik tangan kiri & kanan. Pelatihan ini misalnya bisa dilakukan lewat latihan scales, variasi posisi progresi akord, voicings, arpeggio, broken chords dll.
Kalau mengajar gitar jazz, saya tidak pernah memisahkan bagian teknik dengan pengetahuan teori. Arpeggios, fungsi harmoni, modes, latihan interval, sampai etudes, harus selalu dianalisis dalam konteksnya dengan materi harmoni atau melodi lagu. Buat saya teknik adalah tools yang penting untuk ekspresi, tapi bukan tujuan akhir.
Ini juga salah satu alasan kenapa saya tidak pernah mengajarkan tentang speed dan semacamnya. Ujung dari belajar teknik adalah tools (alat) untuk mengakomodir kita bermain musik. Jadi efektifitas hasil akhirnya tergantung dari aspirasi kita sendiri. Kita maunya main seperti apa? atau setidaknya dalam tingkatan ekspresi apa?
Jadi kalau Paul Simon bisa 100% menggunakan tekniknya lewat strumming open chords dan groove barre chords, dan itu perfect buat mengakomodir musiknya, ya buat saya itu sudah teknik main gitar yang perfect. Lain halnya kalau seseorang yang maunya cuma belajar licks-licks super cepat. Biasanya saya tanya dulu: emang mau diapain sih licks itu?
Intinya kalau kita invest waktu dan tenaga untuk melatih sesuatu, minimal kita mesti tahu kalau itu akan bermanfaat di masa depan.
Hal yang mencakup musikalitas dan referensi: umumnya latihan ritmik, transcribe lagu, dan mendengarkan referensi musik. Aktivitas mendengar musik itu buat saya sudah suatu bentuk latihan, selama kita mendengarkan dengan mindset yang benar.
Referensi selalu saya tekankan berulang-ulang dalam mengajar. Percuma berniat mau belajar jazz tapi ngga pernah tertarik untuk mendengarkan musiknya. Sama saja kalau kita mau belajar musik dangdut tapi ngga suka dangdut dan ngga punya referensi musik dangdut, ya main dangdutnya ngga akan enak. Orang cenderung suka meremehkan ini.
Dari referensi kita akan selalu mempunyai target, punya aspirasi dan inspirasi untuk terus belajar hal-hal yang baru dari segi teknis dan aransemen. Tanpa itu, belajar gitar jazz ngga ada bedanya dengan belajar kumon.
Karena kita punya referensi, maka kita akan punya target atau ideal sound. Dari situ kita akan mulai mengulik - mentranscribe - menganalisis lagu jazz dari segi harmoninya, tekniknya, dan ritmiknya. Kita akan terbiasa berpikir dalam konteks: “gimana sih cara berpikirnya Joe Pass kalo dia main solo di blues 12 bar?, misalnya.
Kalau kita tidak mempunyai target atau ideal sound atau dengan kata lain bunyi yang kita mau dengar pada saat kita bermain musik jazz, maka kemampuan main arpeggio & scales secepat atau sebanyak apapun tidak akan bisa menolong anda dalam situasi performance. Maaf saja, tapi ini yang sebenarnya.
Ketika kita berlatih musik, yang kita latih bukan sekedar kemampuan motorik. Hal yang paling penting (menurut saya lebih penting dari motorik) adalah, belajar musik artinya kita melatih bagaimana cara kita mendengar musik.
Kalau bagi anda yang sudah bisa bermain jazz, mungkin masih ingat waktu pertama kali mendengar jazz yang rumit.
Buat saya dulu waktu pertama kali dengar jazz, saya cuma dengar noise: pemain saxnya solo dari awal sampai akhir, entah kenapa di tengah tiba-tiba gantian pianisnya yang main, akordnya saya tidak bisa dengar pergerakannya sama sekali dari mana ke mana, bahkan menemukan ketukan pertama di tiap bar saja sudah sulit.
Setelah beberapa waktu saya baru bisa mendengar elemen melodinya, lalu kapan melodi itu selesai. Kemudian saya baru bisa dengar kalau progresi akord itu sebenarnya cuma diulang pada bagian solo sax dan solo piano.
Kemudian tiba-tiba saya bisa mendengar kalau drummernya selalu sinkopasi di ketukan 2 & 4, dan banyak memainkan backbeat. Terakhir saya baru bisa dengar betul kalau pemain basnya ternyata memainkan chord scales dari masing-masing akord dan merangkainya dengan lines yang bagus banget.
Dari situlah baru saya bisa mengapresiasi jazz. Artinya saya baru bisa mendengar hal-hal ini setelah saya melatih kuping saya. Begitu banyak opsi dan kemungkinan kreatif yang bisa dilakukan dalam bermain jazz, kalau saja kita mau melatih kuping kita untuk mendengar.
Ibaratnya belajar bahasa baru, kita perlu sering mendengar logat, slang, dan struktur kata kalau orang bicara dalam bahasa itu dan melatihnya, sebelum kita bisa fasih berkomunikasi. Dengan latihan dan belajar, vocabulary kita akan bertambah, artikulasi kita akan semakin jelas, dan juga semakin pede dalam berbicara.
Begitu juga dengan belajar musik jazz dan improvisasi, buat saya tidak banyak bedanya. Jazz adalah musik yang dimainkan dalam grup, dalam ekspresi kolektif, jadi penting untuk belajar cara berkomunikasi agar orang lain juga nyaman berkomunikasi (bermain) dengan kita.
Jadi beberapa tips terakhir dari saya (bukan urutan):
Dengar referensi! Anda bisa start dari gitaris yang bergaya tradisional seperti Grant Green-Born To Be Blue, Charlie Christian-The Immortal, Wes Montgomery-Incredible Jazz Guitar, sampai John Scofield-A GoGo, Pat Metheny-Still Life; tapi juga yang baru seperti Gilad Hekselman, Lage Lund, & Julian Lage.
Untuk referensi jangan membatasi cuma gitaris saja, tetapi instrumen lain juga harus anda dengarkan (pianis untuk konsep harmoni, pemain tiup untuk phrasing). Sebenarnya kalau ditotal, saya lebih sering mendengarkan pemain tiup ketimbang gitaris.
Bila anda masih benar-benar asing dengan jazz, cobalah untuk menemukan dulu satu atau dua gitaris jazz yang stylenya anda bisa relate. Kalau dulu saya John Scofield, karena saya awalnya suka main blues dan rock. Jadi saya masih bisa relate sama linesnya dia.
Ada juga yang latar belakangnya dari musik yang lebih cadas, lebih prefer ke Scott Henderson atau Allan Holdsworth, kalau mau yang recent mungkin Mike Moreno. Intinya cari connection di awal yang bisa meluaskan referensi bunyi anda. Daripada sengsara maksain langsung denger John Coltrane.
Fungsi harmoni 7th chord mayor dan tiga minor scales. Latih dengan urutan sebagai berikut: Kadens - Arpeggios - dan terakhir Scales dari masing-masing sistim harmoni. dimainkan dalam lima posisi.
Setelah nyaman dan sudah terbiasa mendengar progresi akord diatonis, anda baru siap untuk belajar chord subtitutions dan reharmonisations. Setelah terbiasa mendengar subtitutions, anda baru bisa nyaman berimprovisasi lewat progresi yang lebih kompleks dengan menggunakan metode yang lebih advance.
Ingat kuping kitalah yang selalu belajar lebih dahulu sebelum tangan kita belajar. Kita harus menguasai instrumen, dan latihan scales, broken chords dan cycles akan mempersiapkan anda secara motorik untuk mengeksekusi ekspresi seni yang mau anda sampaikan, tapi lebih penting untuk tahu apa sebenarnya hal yang mau anda sampaikan.
Transcribe. Mungkin 70% dari seluruh pembelajaran saya mengenai phrasing jazz diawali dari transcribe (ngulik dari rekaman dan langsung dimainkan di gitar). Ada banyak sekali hal mengenai ritmik yang tidak dapat 'dilihat' di partitur.
Anda tidak harus langsung men-transcribe satu lagu full. Bisa bagian melodi utamanya saja, satu bagian progresi akord yang anda penasaran, atau intro. Untuk solo batasi satu chorus pertama dulu, jangan nekat langsung dari awal sampai habis karena terlalu menguras tenaga.
Aturan nomor satu saya dalam transcribing adalah, saya mentranscribe hanya materi yang saya tertarik dan benar-benar suka. Biasanya saya sudah mendengarkan puluhan kali bagian solo itu sebelum saya akhirnya memutuskan untuk mencari notnya (puluhan kali itu alasannya bukan karena harus, tapi karena saya memang suka).
Jazz standards dan form studies. Kenapa harus start dari gaya jazz standard? Karena form dan bentuk harmoninya ideal untuk belajar improvisasi jazz. Analisisnya pun lebih mudah dan ini biasanya materi dan modal pertama kita untuk mempelajari form lagu dalam bingkai jazz.
Tergantung referensi, sebenarnya anda bisa saja start dari fusion atau funk jazz; tapi untuk pendalaman phrasing dan form saya rasa tidak mungkin untuk men-skip materi ini begitu saja.
Untuk progress materi dari segi repertoire, saran saya secara umum pelajari fondasi skill yang kuat lebih dulu, sebelum tackling materi lain yang lebih spesifik berhubungan dengan teori dan teknik improvisasi lanjutan.
—
Ok untuk awal saya rasa 4 tips ini saja cukup. Tips terakhir yang tak kalah penting: carilah mentor yang tepat. Meskipun pada akhirnya anda harus bisa mempunyai metode dan cara bermain sendiri, tapi ada tahapan dimana anda membutuhkan orang lain untuk membimbing step by step menuju kesana.
Komentar
Posting Komentar